Bisnis
makanan steik alias steak dengan harga terjangkau makin semarak di
kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya. Dengan membidik segmen pasar
kelas menengah ke bawah, empunya bisnis steik mampu meraup omzet puluhan juta
rupiah per bulan.
Sebagian
orang terutama yang bergolongan ekonomi menengah ke bawah bisa mengerutkan alis
jika mendengar makanan bernama steik. Maklum, makanan berbahan utama daging itu
sering dianggap sebagai makanan mahal yang bisa menguras kantong.
Tapi
belakangan ini, anggapan itu mulai pupus, seiring dengan bertebarannya rumah
makan, kafe atau restoran yang menawarkan steik dengan harga terjangkau. Mereka
menawarkan steik harga murah karena melihat peluang pasar dari kelompok ekonomi
menengah ke bawah.
Salah
satu penyedia steik yang menyasar kelompok ekonomi menengah ke bawah itu adalah
Bintang Jaya Steak di Surabaya. Mereka mengklaim sebagai pelopor steik kelas
kaki lima pertama di kota Pahlawan itu.
Dendy
Eko Yulianto, Pemilik Bintang Jaya Steak mengaku, memulai usaha steik sejak
tahun lalu. Ia membidik kelompok pasar ekonomi menengah ke bawah dengan harga
jual hanya Rp 12.000 sampai Rp 30.000 per porsi. Karena kelompok segmen
pasarnya luas, usaha penjualan steik itu digemari di Surabaya. "Dalam
waktu satu tahun, saya bisa buka tiga gerai," kata Dendy.
Pengunjung
gerai steik Dendy banyak didatangi kelompok kawula muda. Kendati demikian,
gerai milik Dendy kerap didatangi kelompok usia dewasa juga. Setiap hari kerja,
tiap gerai mampu menjual 15 kilogram (kg) daging sapi dan 15 kg daging ayam.
Saat akhir pekan, setiap gerai bisa menjual dua kali lipatnya atau 30 kg daging
sapi dan 35 kg daging ayam. "Penjualan mencapai 100 porsi di akhir
pekan," ujar Dendy.
Dari
tiga gerai itu, Dendy mempertahankan gerainya yang pertama tetap menjadi warung
steik kaki lima. Adapun dua gerainya yang lain memiliki konsep restio mini yang
berlokasi di kawasan pertokoan.
Saat
merintis usaha steik, Dendy hanya memiliki 4 orang karyawan. Kini Dendy yang
memiliki 12 orang karyawan mampu meraup omzet sampai Rp 150 juta dari ketiga gerainya
itu.
Dendy
bilang, peluang bisnis steik cukup cerah karena memiliki margin laba bisa
sampai 40 persen dari omzet. "Saat ini banyak yang ikutan bikin warung
steik kaki lima di Surabaya," ungkap Dendy.
Pemain
lain di bisnis steik yang menyasar kelompok ekonomi menengah ke bawah adalah
Friendsteak di Sunter, Jakarta Utara. Friendsteak berdiri tahun 2009 dengan
mengusung konsep mini resto.
Wirawan
Wahyudi, Manajer Operasional Friendsteak, bilang bahwa harga steik mereka mulai
dari Rp 15.000 per porsi sampai Rp 35.000 per porsi. Walaupun harga murah,
mereka menolak jika dibilang bahan baku mereka sebagai bahan baku murahan.
"Semua bahan baku kami proses sendiri, termasuk saus dan bumbu-bumbu
lainnya," ungkap Wirawan.
Dalam
sehari, pengunjung Friendsteak berkisar antara 25 pengunjung sampai 40
pengunjung. Dengan hitungan kunjungan itu, Friendsteak mencatat omzet rata-rata
Rp 26 juta per bulan.
Wirawan
bilang, potensi warung steik memiliki peluang besar di Indonesia. Ia
membuktikan dengan rencana perusahaannya untuk melakukan ekspansi Wirawan
membuktikannya dengan membuka gerai Friendsteak awal tahun depan di Kemayoran,
Jakarta Pusat. "Peminat steik banyak, jadi tidak heran banyak juga yang
tertarik," terang Wirawan. (Fahriyadi, Dea Chadiza Syafin/Kontan)
Sumber: http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/12/20/12065728/Meraup.Laba.dari.Steik.Resto.Harga.Kaki.Lima
No comments:
Post a Comment